Tragedi Pembunuhan Suryo, Gubernur Jawa Timur yang dibunuh PKI

Tragedi Pembunuhan Suryo menjadi salah satu kekejaman nyata yang dilakukan oleh PKI atau Partai Komunis Indonesia. Di mana partai ini berdiri pada tahun 1914 dan tetap eksis saat Orde Lama ketika Ir. Soekarno menjabat sebagai Presiden RI. Terhitung ada dua kekacauan besar-besaran yang dilakukan PKI, pertama tahun 1948 dan kedua di tahun 1966.

Monumen Suryo

Sumber Foto: www.jatimnews.com

Gubernur Suryo menjadi salah satu korban dari kekejaman dan kebengisan yang dilakukan oleh PKI. Berdirinya Monumen Suryo yang berada di Desa Pelang Lor, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi untuk menghormati Gubernur Suryo yang tewas dalam kerusuhan 1948. Untuk mengetahui mengenai tragedi pembunuhan tersebut bisa simak pada pembahasan berikut ini.

Biografi Singkat R.M.T.A Soerjo

Raden Mas Tumenggung Ario (R.M.T.A) Soerjo atau yang dikenal sebagai Gubernur Suryo merupakan gubernur pertama Provinsi Jawa TImur yang memerintah dari 1945 sampai 1945. Sebelum menjabat sebagai gubernur dia menjabat sebagai bupati di Magetan pada tahun 1938 sampai 1943. Kemudian pada tahun 1948, R.M.T.A Soerjo dibunuh oleh PKI dan dimakamkan di Magetan.

Sejarah Tragedi Pembunuhan Suryo

Pada tanggal 18 September 1948, PKI melancarkan pemberontakan di Madiun dan berhasil menguasai beberapa kota lain. Pada tanggal 30 September Madiun direbut kembali oleh para pasukan yang setia dengan kepada pemerintah Indonesia. Meski begitu di beberapa tempat orang-orang komunis (sebutan pemberontak PKI) masih melakukan pengacauan.

Dengan kondisi pemberontakan PKI belum stabil, pada tanggal 10 November 1948 Gubernur Suryo menuju kota tersebut dari Yogyakarta menuju Madiun. Dia berniat menghadiri peringatan 40 hari atas meninggalnya adiknya korban dari pemberontakan yang dilakukan PKI. Sejumlah sahabatnya termasuk Wakil Presiden Mohammad Hatta meminta Gubernur Suryo untuk mengurungkan niatnya.

Saat Gubernur Suryo baru tiba di luar Kota Yogya, ban mobilnya pecah dan sesudah itu mobilnya kehabisan bensin. Gubernur Suryo terpaksa harus dua kali kembali ke kota untuk menambal ban dan mengisi bensin. Teman-temannya mengatakan bahwa hal itu sebagai pertanda buruk, akan tetapi Gubernur Suryo tetap kekeh pada niatnya tersebut.

Saat tiba di Surakarta, Sudiro yang pada saat itu sebagai residen Surakarta menahan Gubernur Suryo untuk bermalam dan melanjutkan perjalanannya di esok hari. Kemudian Gubernur Suryo melanjutkan perjalanannya menuju Madiun pagi-pagi sekali. Hingga sampai di Desa Gendingan, Gubernur Suryo diperingatkan lagi untuk tidak meneruskan perjalanan namun diabaikan.

Sampai di Desa Bogo, Kedunggalar, Ngawi, mobil Gubernur Suryo berpapasan dengan sisa-sisa gerombolan PKI. Pada saat itu juga dari arah Madiun datang mobil yang ditumpangi Komisaris Besar (kolonel) Polisi M Duryat dan Komisaris (Mayor) Polisi Suroko dalam perjalanan menuju Yogyakarta. Kedua mobil tersebut dicegat oleh gerombolan PKI dan diberhentikan paksa.

Ketiganya yaitu Gubernur Suryo, Kolonel M Duryat, dan Mayor Suroko oleh gerombolan PKI diperintahkan untuk turun mobil. Mereka kemudian dibawa ke hutan dan ketiganya dibunuh oleh PKI. Empat hari kemudian jenazahnya baru ditemukan penduduk di Kali Kakak, Dukuh Bangun, Desa Bangunrejo Kidul, Kedunggalar, Ngawi dan dibawah ke Madiun untuk dimakamkan di Sawahan, Desa Kepolorejo, Magetan.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *